Minggu, 06 Oktober 2013


How To Use A Public Restroom

3 Macam Toilet Umum
-3 Kinds of Public Toilets-

            Kita semua tentu pernah menggunakan toilet umum khususnya ketika kita bepergian. Toilet umum selalu dapat ditemui di mana saja. Di mall, pasar, tempat wisata, bahkan di pinggir jalan. Toilet umum menjadi fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bayangkan saja jika tidak ada toilet umum apalagi disaat kita membutuhkannya. Apa jadinya??
Sebelum membahas lebih jauh, kita harus mengetahui apa itu istilah toilet umum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toilet berarti proses berhias, alat-alat untuk berhias, tempat cuci tangan dan muka, kamar kecil (kakus). Kakus sendiri memiliki arti jamban, tandas, tempat buang air, w.c (water closet). Sedangkan kata umum memiliki arti mengenai seluruh atau sekaliannya, untuk atau dari orang banyak, orang banyak (khalayak ramai,publik), sudah tersiar ke mana-mana, sudah diketahui orang banyak, rata di mana-mana, lazim terdapat (dipakai) dimana-mana. Jadi toilet umum berarti kamar kecil (kakus) yang digunakan oleh orang banyak untuk buang air.
Toilet Umum Gratis
Di Indonesia sendiri terdapat tiga macam toilet umum menurut biayanya, yaitu toilet umum gratis, toilet umum ‘sukarela’, dan toilet umum bayar. Yang dimaksud dengan toilet umum gratis adalah toilet umum yang dapat digunakan tanpa harus membayar biaya penggunaannya (gratis). Toilet ini merupakan fasilitas penunjang kenyamanan yang disediakan pihak tertentu. Biasanya dapat kita temukan di pusat perbelanjaan (mall), sebagian besar SPBU, tempat-tempat wisata.
Toilet umum ‘sukarela’ adalah toilet yang disediakan pihak tertentu yang penggunanya tidak diharuskan membayar namun para pengguna dapat dengan sukarela menyumbang dana untuk kebersihan toilet tersebut. Biasanya ditandai dengan adanya kotak untuk dana kebersihan di dekat pintu toilet tersebut. Toilet ini biasanya ada di beberapa SPBU, beberapa tempat wisata, dan tempat lainnya.
Toilet Umum "Sukarela"
Toilet umum bayar merupakan toilet yang disediakan namun untuk menggunakannya, para pengguna diharuskan untuk membayar. Toilet ini merupakan mata pencaharian dari pihak tertentu sebagai penyedia jasa. Ditandai dengan adanya penjaga toilet. Dana untuk penggunaan toilet beragam. Ada yang membedakan dana berdasarkan penggunaannya (untuk buang air besar, buang air kecil, mandi), dan ada toilet yang dipungut biaya per satu kali masuk/penggunaan yang rata-rata biayanya Rp 1.000,- per sekali penggunaan. Biasanya setelah membayar, kita akan diberikan tiket/karcis toilet sebagai bukti pembayaran dan penggunaan toilet. Namun tidak semua toilet menerapkan sistem tiket/karcis tersebut. Toilet ini terdapat di beberapa pusat perbelanjaan, tempat-tempat umum, dan beberapa tempat pemukiman penduduk.
Toilet Umum Bayar
Setiap pengguna toilet tentu mengharapkan toilet umum yang bersih namun kebersihan dari toilet umum tidaklah bergantung pada dana yang harus dikeluarkan. Tidak semua toilet umum yang gratis dan ‘sukarela’ itu kotor dan jorok. Sebaliknya, tidak semua toilet umum yang bayar selalu bersih dan bebas bau. Toilet umum yang gratis kebersihannya justru lebih terjaga dibandingkan dengan toilet umum bayar maupun toilet umum “sukarela” karena biasanya ada petugas-petugas yang rutin membersihkannya. Hal itu dikarenakan, toilet gratis merupakan fasilitas yang sengaja disediakan oleh pihak pengelola dan bukan merupakan mata pencaharian pihak tertentu sehingga kenyamanan pengguna/pelanggan tempat-tempat tersebut lebih diperhatikan dan diutamakan.
Toilet umum sukarela dengan pungutan dana yang tidak diwajibkan, biasanya disediakan pihak pengelola namun dana kebersihannya sebagian besar atau bahkan seluruhnya diperoleh dari sumbangan dana sukarela pelanggan. Oleh karena itu, kebersihannya terkadang kurang terjaga.
Beberapa toilet umum yang bayar, terkadang justru mengecewakan karena kebersihannya tidak diperhatikan dengan baik. Padahal setiap pengguna sudah diwajibkan untuk membayar. Biasanya toilet umum bayar seperti itu berada di tempat tertentu dengan sedikit toilet umum yang tersedia sehingga pengguna tidak memiliki banyak pilihan selain menggunakan toilet-toilet yang ada.


Kondisi Toilet Umum :

Toilet Umum "Sukarela"
Toilet Umum Gratis


Toilet Umum Bayar


Minggu, 29 September 2013

VideoToilet di Jepang


Tentang Toilet dan Seni

Berbicara tentang toilet dan fasilitasnya, toilet memiliki fasilitas unik diantaranya sebagai tempat hiburan dan untuk unjuk suara. bukti bukti unjuk rasa dari masyarakat ditemukan di toilet toilet di spbu dan toilet toilet umum lainnya. Toilet tersebut berisi kata kata yang baik maupun buruk yang di coret coret menggunakan bolpen atau spidol. biasanya terdapat di dinding dan pintu toilet. Saat ini banyak juga gambar gambar dan grafiti dalam toilet. Gambar gambar tersebut juga ada arti dan maksud tersendiri. Ada yangiseng, ada juga yang gambar untuk menyindir permasalahan di negara ini. Berikut adalah gambarnya.

sumber:http://coretaniwenk.wordpress.com/

Artikel mengenai kebiasaan orang menggunakan toilet dari jaman dulu sampai sekarang


Kebiasaan Orang Menggunakan Toilet dari Dulu hingga Masa Sekarang


Toilet di Jepang

File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:JapaneseToiletBidet.jpg

Semprotan air di kloset yang dilengkapi bidet untuk membersihkan anus.

File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Modern_japanese_toilet.jpg
Papan kontrol kloset di Jepang.

Toilet di Jepang umumnya lebih maju dibandingkan toilet di negara-negara maju lainnya. Dua jenis kloset yang umum ditemukan di toilet di Jepang adalah kloset jongkok dan kloset duduk. Setelah Perang Dunia II, kloset duduk model Barat dan urinoir mendominasi toilet umum. Walaupun demikian, kloset jongkok masih dijumpai di WC umum di Jepang. Di pintu WC umum yang menyediakan kloset jongkok diberi tulisan washiki atau yōshiki untuk kloset duduk.
Kloset model Barat yang paling mutakhir adalah kloset yang dilengkapi dudukan kloset yang sekaligus berfungsi sebagai bidet. Hingga Maret 2010, 72% dari seluruh rumah di Jepang sudah dipasangi kloset duduk yang dilengkapi bidet. Di Jepang, kloset yang dilengkapi bidet disebut washlet. Sebelumnya, Washlet adalah merek dagang dari Toto Ltd. yang telah menjadi nama generik. Bergantung kepada modelnya, tutup kloset secara otomatis bisa terbuka ketika ada orang yang mendekati, membersihkan anus dan vulva orang yang duduk di atasnya dengan air dan mengeringkannya dengan hembusan udara hangat, menyiram kloset secara otomatis, menghilangkan bau, dan memiliki tutup kloset yang menutup secara otomatis setelah kloset selesai dipakai.
Kebersihan sangat penting dalam kebudayaan Jepang. Ruangan toilet yang dianggap kotor dibangun terpisah dari kamar mandi. Dalam bahasa Jepang, kata untuk bersih adalah sama dengan cantik. Selain berarti bersih, kata kirei dipakai untuk sesuatu yang bagus atau indah; berarti cantik, molek, manis (dipakai untuk wanita dan anak-anak), dan ganteng atau tampan (untuk laki-laki).

Sejarah
Batang kayu yang disebut chu-gi asal zaman Nara dan gulungan kertas toilet.

Kawasan pemukiman orang zaman Jomon berbentuk seperti tapal kuda. Bagian tengah merupakan alun-alun tempat berkumpul, dan tempat pembuangan sampah berada di sekeliling pemukiman. Dari penggalian arkeologi di tempat pembuangan sampah ditemukan koprolit (feses manusia dan anjing yang telah memfosil), hingga dapat diambil kesimpulan orang zaman Jomon juga membuang air besar di tempat pembuangan sampah.
Sistem selokan sanitasi kemungkinan sudah dikenal orang zaman Yayoi (300 SM hingga 250 AD). Sistem selokan umumnya dipakai di pemukiman berukuran besar, mungkin digunakan untuk toilet.
Berdasarkan penemuan di Sakurai, Prefektur Nara, toilet yang dilengkapi air mengalir kemungkinan sudah dibuat sejak awal abad ke-3. Kloset lubang tempat buang air juga diteliti ahli arkeologi di situs Istana Fujiwara yang berada di Kashihara, Prefektur Nara (ibu kota kekaisaran dari 694 hingga 710. Bangunan beratap untuk lubang WC didirikan di lokasi terpisah dari tempat tinggal.
Pada zaman Nara (710 to 784), di Nara ibu kota Jepang sudah dibangun sistem drainase air kotor, dan orang buang air dengan cara berjongkok di atas selokan selebar 10-15 cm. Potongan kayu yang disebut chu-gi dipakai seperti halnya kertas toilet. Pada masa-masa sebelumnya, rumput laut juga dipakai untuk mengelap setelah buang air, namun pada zaman Edo, orang Jepang sudah memakai kertas toilet dari washi. Di daerah pegunungan, potongan kayu dan daun-daun besar waktu itu digunakan sebagai kertas toilet.
Toilet sering dibangun di atas selokan yang mengalir. Salah satu contoh dari toilet yang bisa membilas sendiri ditemukan di Istana Akita. Toilet dari abad ke-8 ini dibangun di atas aliran sungai yang dialihkan ke selokan.
Walaupun sering ditemukan toilet dengan air mengalir, toilet yang dibangun hanya berupa lubang kakus di tanah justru lebih umum. Toilet seperti ini lebih mudah dibangun dan hasilnya bisa dipakai sebagai pupuk. Ketika agama Buddha merupakan agama utama di Jepang, hewan ternak terlarang untuk dikonsumsi sehingga tidak ada kotoran hewan ternak yang bisa dipakai sebagai pupuk kandang. Kotoran orang kaya dijual dengan harga lebih mahal karena mereka lebih banyak mengonsumsi makanan bergizi.
Berbagai dokumen bersejarah asal abad ke-9 berisi peraturan sehubungan pendirian sistem drainase air bersih dan air kotor, dan rincian tentang prosedur pembuangan limbah kakus.
Narapidana harus diatur agar membersihkan selokan di Istana dan kantor-kantor pemerintah, serta toilet di timur dan barat pada pagi hari setelah turun hujan pada malam hari sebelumnya.
(Terjemahan dari hukum administrasi Ryo-no-shuge)
Berdasarkan alasan sanitasi, bisnis penjualan kotoran manusia sebagai pupuk makin jarang setelah Perang Dunia II. Pada waktu itu di Jepang sudah dikenal pupuk dari bahan kimia, dan kini hanya 1% dari limbah toilet yang digunakan sebagai pupuk. Di bidang standar higiene, Jepang jauh lebih maju dibandingkan standar higiene di tempat-tempat lain, terutama di Eropa. Pada zaman dulu, pembuangan kotoran manusia sudah diatur pemerintah di Jepang, sementara di Eropa, air kotoran dibuang begitu saja dari rumah ke jalan-jalan. Orang Barat yang pertama kali mengunjungi Edo begitu takjub dengan kota yang menurut mereka begitu bersih.
File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:OldJapaneseToilet.jpg

Kloset jongkok asal zaman Meiji di rumah orang Jepang kalangan atas dekat Nakatsugawa.

Di Okinawa, toilet dulunya berada di atas kandang babi, dan babi diberi makanan kotoran manusia. praktik ini dilarang pemerintah pendudukan Amerika Serikat setelah Perang Dunia II karena tidak higienis.
Pada zaman Azuchi-Momoyama (1568 to 1600), sistem limbah "Selokan Taiko" dibangun di sekeliling Istana Osaka, dan masih berfungsi hingga sekarang. Sistem selokan modern mulai dibangun pada 1884, ditandai dengan pembangunan selokan dari batu bata dan keramik yang pertama di Kanda, Tokyo. Sistem perpipaan dan sistem selokan makin diperluas setelah terjadinya gempa bumi besar Kanto untuk mencegah terjadinya wabah penyakit bila terjadi lagi gempa berskala besar. Setelah itu, pembangunan selokan baru digiatkan kembali setelah Perang Dunia II setelah adanya pertumbuhan penduduk kota yang pesat. Hingga tahun 2000, sekitar 60% dari rumah-rumah di Jepang terhubung dengan sistem limbah air kotor. Tanggal 10 September ditetapkan sebagai Hari Air Limbah di Jepang.
Kloset model Barat dan urinoir mulai dibangun di Jepang pada awal abad ke-20, namun baru populer seusai Perang Dunia II terutama akibat pengaruh orang Amerika di masa pendudukan. Pada 1977, total penjualan kloset duduk di Jepang sudah melebihi total penjualan kloset jongkok. Perusahaan saniter terbesar di dunia, TOTO memperkenalkan kloset dilengkapi bidet yang disebut Washlet pada tahun 1980.


Terminologi
Dalam bahasa Jepang, toilet disebut toire dan dapat merujuk kepada kloset atau bangunan tempat lubang kloset berada. Eufemisme untuk toilet adalah otearai (arti harfiah cuci tangan) yang berarti wastafel untuk mencuci tangan. Dalam bahasa Inggris Amerika, eufemisme serupa juga dipakai untuk kata "bathroom" yang secara harfiah berarti kamar dengan bak mandi atau toilet. Istilah lain untuk toilet adalah keshōshitsu (arti harfiah: ruang berdandan). Istilah keshōshitsu adalah terjemahan dari bahasa Inggris powder room, dan umumnya dipakai oleh toko serba ada dan pasar swalayan.
Kata lain untuk toilet adalah benjo (kakus) yang berasal dari kata ben yang berarti kemudahan atau ekskresi. Walaupun dianggap kurang bergaya, kata benjo masih digunakan di toilet-toilet umum, seperti di sekolah, kolam renang, dan tempat-tempat umum. Istilah benjo tidak dianggap kasar, walaupun sebagian orang lebih memilih untuk menggunakan kata toilet atau lainnya.
Perangkat kloset dari keramik (bagian mangkuk dan tangki penampung air) disebut benki, sementara dudukan kloset disebut benza. Pispot untuk anak kecil atau orang lanjut usia disebut omaru.
Asosiasi Toilet Jepang merayakan Hari Toilet tidak resmi pada 10 November. Tanggal 10 bulan 11 (11/10 dalam urutan penulisan bahasa Jepang) bisa dibaca ii-to(ire) yang berarti toilet bagus dalam bahasa Jepang.


Jenis
Kloset jongkok
File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:JapaneseSquatToilet.jpg

Kloset jongkok modern di Jepang, berikut sandal untuk dipakai di dalam toilet. Tulisan di dekat pipa vertikal diterjemahkan sebagai "Mohon berjongkok lebih dekat lagi (dengan lubang)."

Toilet tradisional gaya Jepang termasuk ke dalam jenis toilet Asia yang umum ditemukan di berbagai negara di Asia. Sebagian besar kloset jongkok di Jepang dibuat dari porselen. Di toilet kereta api, misalnya, kloset dibuat dari baja tahan karat. Orang yang menggunakan toilet berjongkok di dekat lubang, dan umumnya menghadap ke tembok. Kloset jongkok seperti ini memiliki sistem air penyiraman (pembilasan) seperti kloset duduk model Barat, dan tidak perlu disiram dengan gayung. Air kotor dialirkan ke dalam sistem pembuangan limbah. Di toilet seperti ini terdapat tuas atau pedal untuk mengeluarkan air bilas. Toilet jongkok juga memiliki dua jenis air bilas, kecil dan besar bergantung jumlah air yang diperlukan.
Kloset jongkok dibagi menjadi dua jenis: kloset yang berada di permukaan lantai, dan kloset yang berada di bagian lantai yang ditinggikan sekitar 30 cm. Bagi pria, mungkin lebih mudah untuk buang air kecil sambil berdiri di kloset yang berada di lantai yang ditinggikan.
Keuntungan dari kloset jongkok adalah mudah dibersihkan, lebih murah, dan menggunakan lebih sedikit air dalam sekali bilasan dibandingkan dengan kloset model Barat. Tidak adanya kontak dengan dudukan kloset membuat kloset jongkok lebih disukai sebagai orang karena dianggap lebih higienis. Walaupun demikian, dudukan kloset tidak mengundang risiko kesehatan yang serius, sementara pemakai kloset jongkok risiko terkena kotoran sendiri di bagian kaki. Lubang kloset jongkok di Jepang tidak diisi air sehingga memperkecil risiko terciprat air kotor.
Selain itu menurut penelitian, kloset jongkok memberi sejumlah keuntungan bagi kesehatan. Posisi jongkok menurut penelitan tersebut memperkuat otot-otot pelvis wanita, dan mengurangi kemungkinan inkontinensia. Selain itu, kloset jongkok memperkuat otot-otot pinggul, memperbaiki pernapasan dan konsentrasi. Posisi jongkok juga memungkinkan kotoran untuk lebih cepat dikeluarkan dan tidak tersisa yang merupakan faktor risiko utama kanker usus besar. Penelitian lain membuktikan berjongkok mencegah dan mengobati wasir.[33]

Pancuran di atas tangki penampung air kloset model Barat. Salah satu cara menghemat air. Setelah air bersih dipakai untuk mencuci tangan, air dipakai untuk menyiram.

Kloset duduk
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kloset siram
Kloset duduk yang umum di negara-negara Barat dikenal di Jepang sebagai kloset gaya Barat. Sekarang ini, kloset gaya Barat, termasuk toilet teknologi tinggi, lebih umum dipasang di rumah-rumah di Jepang daripada kloset jongkok tradisional. Stiker bertuliskan instruksi cara buang air besar dan buang air kecil di kloset duduk masih sering ditempel di apartemen yang dibangun ketika kloset duduk belum populer.
WC umum milik sekolah, kuil, dan stasiun kereta api kadang-kadang hanya dilengkapi kloset jongkok. Walaupun demikian, orang Jepang lebih menyukai kloset duduk untuk toilet di rumah, terutama bila memiliki anggota keluarga lanjut usia, atau keadaan fisik yang menyulitkan posisi jongkok. Di dalam WC umum untuk penderita cacat juga selalu disediakan kloset duduk.

Bidet
File source: http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wireless_toilet_control_panel_w._open_lid.jpg

Panel kontrol nirkabel dilengkapi 38 tombol dan Tampilan Kristal Cair.

Di Jepang, kloset modern disebut washlet atau kloset duduk pembasuh air hangat. Kloset jenis ini memiliki beragam fitur dengan teknologi paling mutakhir di dunia. Washlet Zoe adalah produk Toto yang dimasukkan ke dalam Guinness World Records sebagai toilet dengan tujuh fungsi yang paling canggih di dunia. Namun, sebagai produk tahun 1997, Washlet Zoe sekarang sudah kuno dibandingkan model Neorest yang merupakan produk mutakhir dari Toto. Inspirasi membuat washlet bukan berasal dari Jepang. Kloset duduk pertama yang dilengkapi bidet sudah diproduksi di luar Jepang sejak tahun 1964. Era kloset teknologi tinggi baru dimulai di Jepang pada tahun 1980 dengan diperkenalkannya Washlet G Series oleh Toto. Sejak itu pula, semua kloset teknologi tinggi di Jepang disebut washlet. Hingga tahun 2002, hampir setengah dari rumah-rumah di Jepang memiliki washlet, dan jumlah rumah yang memiliki washlet justru lebih banyak daripada rumah yang memiliki komputer pribadi. Sepintas lalu, kloset teknologi tinggi produk Jepang terlihat seperti kloset duduk biasa, namun di dalamnya terdapat fitur-fitur seperti hembusan angin hangat, dudukan kloset yang hangat ketika suhu udara dingin, pengatur tekanan dan volume semprotan air sewaktu membasuh, tutup kloset yang membuka dan menutup secara otomatis, penyiram kloset otomatis, sistem penyerap bau, dan panel kontrol nirkabel yang berada di samping dudukan kloset atau dipasang di dinding yang berdekatan.















BAB Sembarangan, Indonesia menjadi negara kedua tertinggi di dunia



Buang air besar (BAB) sembarangan di laut, sungai, atau daratan merupakan masalah kesehatan dan sosial yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasalnya, kebiasaan buruk yang masih dilakukan oleh sekitar 63 juta penduduk di Indonesia ini sangat berdampak pada sanitasi dan kesehatan lingkungan.

Menurut data Unicef, sanitasi dan prilaku kebersihan yang buruk, serta air minum yang tidak aman berkontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia.

“Masalahnya adalah setelah BAB biasanya mereka tidak cuci tangan, atau kotorannya dihinggapi lalat dan akhirnya ke makanan. Penduduk Indonesia juga masih banyak yang memanfaatkan air sungai yang tercemar untuk kebutuhan sehari-hari sehingga mengakibatkan diare. Bahkan bukan hanya anak-anak saja, orang dewasa juga bisa meninggal akibat diare,” kata Claire Quillet, Wash Specialist dari Unicef Indonesia kepada Beritasatu.com di Jakarta, Rabu(28/8).

Di Indonesia sendiri, diare masih menjadi penyebab utama kematian anak berusia di bawah lima tahun. Laporan Riskesdas 2007 menyebutkan, diare adalah penyebab 31 persen kematian anak usia antara satu bulan hingga satu tahun, dan 25 persen kematian anak usia antara satu sampai empat tahun.

Selain itu, angka diare juga lebih tinggi sebesar 66 persen pada anak-anak dari keluarga yang melakukan BAB di sungai atau selokan dibanding mereka yang menggunakan fasilitas toilet pribadi atau septik tank.

Kebiasaan Buruk yang Sulit Diubah

Karena itu, Claire mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan. “Banyak yang BAB sembarangan karena memang sudah menjadi kebiasaan yang sulit diubah, atau memang karena tidak adanya toilet di tempat mereka. Kebiasaan ini memang sangat buruk, tapi minimal mereka harus cuci tangan pakai sabun. Bila mencuci tangan secara tepat dengan sabun di tiga waktu penting seperti sebelum makan, setelah dari toilet dan setelah mengganti popok bayi, kasus diare bisa berkurang sebesar 42 sampai 47 persen,” jelasnya panjang lebar.

Di Indonesia, jumlah orang yang BAB di sembarang tempat menempati peringkat kedua tertinggi di dunia setelah India. Kasus yang paling banyak terdapat di Indonesia bagian timur dari NTT sampai Papua. Bahkan tidak hanya orang miskin di pedesaan, orang kaya di perkotaan pun melakukan praktik BAB sembarangan.

“Kalau di Jakarta atau daerah perkotaan, kebiasaan ini lebih karena tidak adanya lahan untuk membangun WC di rumah mereka karena terlalu padat. Jadi mereka lebih memilih BAB di sungai, karena lebih gampang daripada mencari toilet umum yang harus bayar. Bahkan toilet umum itu pun membuang kotorannya lewat pipa-pipa ke sungai, jadi sebetulnya tidak ada bedanya,” kata Claire.

BAB di WC cemplung juga dikategorikan sebagai praktik BAB sembarangan karena kotorannya masih masuk ke dalam air. “Walaupun itu disebut WC, tapi kotorannya tetap saja masuk ke sungai, sementara masyarakat kita masih banyak yang memanfaatkan air sungai untuk kegiatan sehari-hari,” jelas dia.

Di daerah perkotaan sendiri, kontaminasi fases terhadap tanah dan air merupakan hal yang umum terjadi. Sumber air untuk kebutuhan sehari-hari juga sangat dekat dengan septik tank atau pembuangan toilet. “Kondisi ini berkontriobusi besar terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak akibat diare,” ujar dia.

Selain menyebabkan kematian, diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Pada akhirnya, kondisi ini menimbulkan dampak yang serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa mendatang.